Jumat, 04 November 2011

FILSAFAT VITALISME


PEMBAHASAN
VITALISME

A.    Sejarah Singkat Vitalisme
Vitalisme merupakan suatu doktrin yang menyatakan adanya kekuatan di ular alam. Kekuatan tersebut memiliki peranan yang esensial mengatur segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini (misalnya Tuhan). Pendapat ini ditantang oleh beberapa orang lain karena dalam ilmu alamiah dikatakan bahwa segala sesuatunya harus dapat dianalisis secara eksperimen.[1]
Aliran Vitalisme ini juga sebuah perbuatan baik menurut aliran ini adalah orang yang kuat, dapat memaksakan dan menekankan kehendaknya agar berlaku dan ditaati oleh orang-orang yang lemah. Manusia hendaknya mempunyai daya hidup atau vitalitas untuk menguasai dunia dan keselamatan manusia tergantung daya hidupnya.
Vitalisme juga memandang bahwa kehidupan tidak sepenuhnya dijelaskan secara fisika, kimiawi, karena hakikatnya berbeda dengan yang tak hidup. Henry Bergson (1958-1941) menyebutkan Elan Vital. Dikatakan bahwa Elan Vital merupakan sumber dari sebab kerja dan perkembangan dalam alam. Asa hidup ini memimpin dan mengatur gejala hidup dan menyesuaikannya dengan tujuan hidup. Oleh karena itu Vitalisme sering juga dinamakan finalisme.[2]
Adapun tokoh dalam aliran Vitalisme ini yaitu Henry Bergson. Hanya satu filosofis yang dapat kami temukan, itu juga riwayatnya masih kurang diketahui kami.
B.     Berson
Berson adalah seorang filfus ternama di abad 20 yang menuliskan tentang metafisika, baginya pengetahuan yang mengabsolutkan adalah pengetahuan yang karena intuisi dan pemikiran rasional merupakan suatu pemikiran yang lebih banyak salah atau palsu.
Komentar:
Kami tidak setuju dengan Bergson yang menyatakan pemikiran yang menyatakan pemikiran yang lebih banyak salah atau palsu. Bergson berpendapat seperti itu karena ia ingin mendobrak filsuf untuk memperoleh popularitas untuk mendapatkan hadiah untuk karya literaturnya.
Sedangkan kami disini lebih menekankan pada pola pikiran yang rasional untuk menekankan sebuah persoalan sehingga menghasilkan intuisi yang berupa pemahaman yang ditangkap oleh panca indra yang bersifat nyata.
C.    Dasar Pemikiran Bergson
Filsafat Bergson sangat dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin. Ia mengatakan bahwa cara manusia bertindak lebih dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Darwin menekankan bahwa manusia yang sekarang ini merupakan suatu hal yang dialami dalam menjalankan proses hidup. Karakter semacam ini merupakan suatu hal yang alami dalam menjalankan proses hidup. Hal ini bisa terjadi karena ada keterbukaan atau kebahagiaan dalam bertahan hidup.
Bergson memandang bahwa intelek itu sebagai suatu instrumen atau alat yang digunakan untuk membantu atau meningkatkan kehidupan.
      Komentar:
Dalam pemikiran Bergson kami sependapat alasannya sebagian pemikiran Bergson tersebut merupakan evolusi dari teori Darwin yang hanya menonjolkan fikir yang berintelek sehingga mampu membantu manusia untuk beradaptasi dirinya dengan dunianya dn juga mempermudah dalam bertingkah laku di masyarakat.
Yang ditekankan Bergson dalam aliran ini adalah mengacu pada pikiran, perasaan, persepsi, dan kemauan yang secara alami dapat berubah. Perubahan tersebut dapat membawakan kesenangan baru bagi setiap individu.
1.      Pandangan akan waktu
Mengenai waktu, bergson membedakan dua jenis waktu murni dan waktu matematis, waktu murni merupakan durasi yang sebenarnya sedangkan waktu matematis adalah durasi yang terukur.
Sifat waktu itu continue dan tak dapat di bagi dan waktu matematis sebaliknya yang dapat di bagi menjadi beberapa unit dan interval. Nalisa matematis terhadap waktu murni akn membuat kekacauan dalam waktu. Eaktu murni tidak bisa di intelektualisasi karena dengan mengalami durasinya berarti memalsukan waktu hanya bisa di alami secara intuitif bukan intelektual.
Komentar:
Disini Bergson juga menjelaskan pola pikirnya yaitu pandangan akan waktu. Kami tidak setuju dengan Bergson yang memandang waktu hanya sebagai suatu perubahan secara terus menerus, oleh karena itu perubahan waktu yang tidak jelas akan menimbulkan segala sesuatu kejadian-kejadian atau peristiwa hidup dapat berubah dan perubahan yang terjadi menimbulkan adanya kebebasan dalam bertindak.
2.      Intuisi dan intelek
Intelek dan intuisi adalah dua jenis pengetahuan yang berbeda. Prinsip sains dimasukan dalam kategori intelek dan prinsip-prinsip matafisika merupakan intuisi. Bergson mengatakan bahwa intuisi ini jangan disamakan dengan perasaan dan emosi secara harfiah. Dalam hal ini Bergson ingin mengatakan bahwa kenyataan absolut itu yang dikuak oleh intuisi metafisis. Ini juga dapat dimaksudkan bahwa dengan intuisi kita akan mendapatkan bentuk pengetahuan yang menyatakan realitas itu continue dan tak dapat berbagi. Realitas akan selalu berubah karena dalam hidup manusia akan selalu ada kebenaran akan kreativitas.[3] 
3.      Élan Vital
Bergson mengatakan bahwa disitu ada proses élan vital atau day hidup. Dengan élan vital evolusi di bawa menuju ke tingkat yang lebih tinggi yaitu menuju keteraturan. Hal ini merupakan sebab mendasar terciptanya species-species yang bervariasi dan juga merupakan prinsip pokok eksistensi. Adanya variasi species lebih jelasnya karena ada ledakan-ledakan daya hidup karena proses evolusi itu sendiri tidak pernah linier. Maka pada saat itu ada tiga jenis utama garis evolusi yang memungkinkan yaitu tumbuhan, serangga, manusia. Manusia merupakan evolusi yang terbaik dan terkuat karena ia memiliki vitalisme.
Proses evolusi merupakan proses dinamis. Maka bisa dikatakan bahwa konsep intelek tidaklah cukup untuk mengatasi proses ini. Élan Vital diasumsikan Bergson sebagai energi primal yang mulai menjadi hilang atau pudar. Materi, sebaliknya menjadi didevetalisasi. Maksudnya untuk memulai melepaskan diri dari dunia materi atau dari determinisme materi.
Élan vital diasumsikan Bergson sebagai energi primal yang mulai menjadi hilang dan pudar. Salah satu fungsi intelek adalah untuk menghadirkan materi yang terus berubah dalam suatu samaran yang statis. Maka segala sesuatu di sekitar manusia sekarang ini merupakan hasil atau residu dan proses Élan Vital sebelumnya. 
4.      Anti-Intelektualisme Bergson
Akhir pandangan Bergson ini lebih banyak dipandang sebagai suatu pandangan anti intelektual walaupun Bergson sendiri menyangkal dan mengatakan bahwa metafisikanya merupakan  suatu pelengkap dan bukan lawan dari rasionalisme.
Kontribusi Bergson dalam dunia filsafat terletak pada pemahaman kebebasan manusia untuk ber kreativitas secara realistik. Pandangannya memang tidak terlalu berpusat pada pikiran atau rasio melainkan ia lebih menekankan pengalaman.
Vitalisme, suatu teori yang menyatakan bahwa yang mendasari fenomena vital bukan materi[4]. Akhir pandangan Bergson ini lebih banyak dipandang sebagai suatu pandangan anti intelektual walaupun Bergson sendiri menyangkal dan mengatakan bahwa Metafisika merupakan suatu pelengkap dan bukan melawan dari rasionalisme. Intelek memang mampu memberikan pengetahuan kepada kita tetapi lebih baik lagi bila pengetahuan itu juga di dapat dengan intuisi.
Dengan intuisi ruang sekitar pemikiran Bergson diasumsikan tidak seintifik. Konsep intuisi, durasi dan kebebasan diartikan sebagai konsep yang melawan intelektualisme, determinisme, mekanisme, walaupun ia sendiri menyangkal pemikiran semacam itu, hanya ia menambahkan bahwa berkembang aspek-aspek spiritual di dalamnya.
KOMENTAR
Menurut kami, kami dapat menganalisis pemikiran dari Bergson dia lebih menekankan proses intuitif sebagai proses menemukan realitas.
Kami juga setuju Bergson dapat membuktikan pemikirannya dengan beberapa konsep waktu, misal waktu murni dan waktu terukur. Konsep Bergson dalam dunia filsafat terletak pada kebebasan manusia untuk ber kreativitas secara realistik.
Dengan adanya intuisi dan intelek seseorang. Seseorang mendapatkan bentuk pengetahuan dengan adanya pandangan atau arahan dari Bergson.
Hal seperti itu karena proses menemukan realitas dianggap subjectivitas dicoba di redaksi. Pada zaman itu pemikiran Bergson memanglah sangat menarik. Dalam aliran ini juga Bergson mulai memikirkan lebih dalam dan di Metafisika. Bergson juga mengajarkan bahwa akan selalu ada kemungkinan untuk mengetahui segala sesuatu secara factual. Intuisi inilah dapat membawa manusia untuk mengetahui sesuatu dalam dirinya.


DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen, Filsafat Ilmu Fakultas, UGM, Liberty Yogyakarta Tahun 2007

http:/endahbw.Blogspot.com/2009/03 Filsafat Dalam Perspektif Sejarah.

http://Amazingfilsafat Blogspot.com/2007/04. Henry Bergson antara intelek.


[1] http:/endahbw.Blogspot.com/2009/Filsafat Dalam Perspektif Sejarah.
[2] Filsafat Ilmu, Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas, UGM, Liberty Yogyakarta Tahun 2007, hal. 38.
[3] http://Amazingfilsafat Blogspot.com/2007/04. Henry Bergson antara intelek.
[4] Drs.Sudarsono, SH. Kamus Filsafat dan Psikologi, PT RINEKA CIPTA, Jakarta. 1993.

MANFAAT BELAJAR FILSAFAT ILMU


PEMBAHASAN
MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT

Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta, maknanya dan nilainya.
Dr. Oemar A. Hosein mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran.
S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: Pembimbing ke Filsafat Metafisika, filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran-pikiran dan kematangan hati, sekalipun menghadapi maut.
Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy menyebutkan: Tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan semangat masa ketika kita hidupi, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menerapkan nilai, menerapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru.
Berbeda dengan pendapat Soemadi Soejabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajam pikiran maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun Metafisika (hakikat keaslian).
Manfaat mempelajari filsafat ada bermacam-macam. Namun sekurang-kurangnya ada 4 macam faedah, yaitu :
1.      Agar terlatih berpikir serius
2.      Agar mampu memahami filsafat
3.      Agar mungkin menjadi filsafat
4.      Agar menjadi warga negara yang baik
 Berfilsafat ialah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan pemikiran secara serius. Plato menghendaki kepala negara seharusnya filosuf. Belajar filsafat merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan memecahkan masalah secara serius, menemukan akar persoalan yang terdalam, menemukan sebab terakhir satu penampakkan.
Dengan uraian diatas jelaslah bagi kita bahwa secara kongkrit manfaat mempelajari filsafat adalah :
1.      Filsafat menolong mendidik,
2.      Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari.
3.      Filsafat memberikan pandangan yang luas
4.      Filsafat merupakan latihan untuk berpikir sendiri
5.      Filsafat memberikan dasar,-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, Ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.

ANALISIS KRITIS

1.      Identitas                              :   Drs. H. Syadali, Ahmad dkk, 2004
                                                      Filsafat Umum, Kegunaan Filsafat Ilmu, hal 26-31  Pustaka Setia, Bandung
2.      Tujuan Penulisan                 :   Membahas manfaat mempelajari filsafat ilmu
3.      Hal-Hal Unik                      :   a.   Filsafat menolong mendidik
b.      Filsafat memberikan pandangan yang luas
c.       Filsafat merupakan latihan untuk berfikir sendiri
4.      Pertanyaan yang muncul     : a.  apa saja kegunaan kita mempelajari filsafat ilmu
b.      Hal-hal apa saja dari filsafat ilmu yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Refleksi Diri                        :   Dengan mempelajari ilmu filsafat banyak hikmah yang bisa diambil dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat menjadikan hidup dewasa dalam mengambil keputusan. Belajar filsafat merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan berpikir serius. Kemampuan ini akan memberikan kemampuan memecahkan masalah secara serius. Dalam filsafat kita dilatih untuk melihat dulu apa yang menjadi persoalan, dan ini merupakan syarat mutlak untuk memecahkannya. Dengan mempelajari filsafat ilmu kita dilatih untuk berpikir lebih kritis. 

RESUME FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TENTANG MANUSIA


RESUME
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TENTANG INSAN

·         Definisi menurut ahli falsafah : Insan adalah binatang yang berkata-kata, atau berbahasa atau insan adalah binatang yang berfikir.
·         Definisi menurut ahli bahasa : Insan adalah binatang yang mampu menggunakan kode atau lambang. Khasnya lambang atau petunjuk bahasa. Dengan ini perkataan insan ialah binatang (makhluk) yang bisa menggunakan bahasa dan mencipta istilah terhadap benda-benda sekitarnya, memberi nama sesuatu untuk dikenali dan dapat mempergunakannya.
·         Ahli agama menta’rifkan insan sebagai biantang (makhluk yang beragama). Atau makhluk yang punya kecenderungan untuk beriman dengan yang ghaib.
·         Ahli ilmu ethika menta’rifkan insan sebagai binatang (makhluk berakhlak). Atau yang mampu menguasai runtutan nafsu syahwat, mengawasi keliarannya dan dapat membimbinganya secara yang menguntungkan.
·         Ahli ekonomi dan sosiologi menta’rifkan insan sebagai makhluk beraklak sosial. Makhluk yang punya kecenderungan bermasyarakat. Bersedia membina hubungan sosial.
Dari definisi in kita simpulkan definisi yang jitu yang mengagumi segala ciri dan watak yang memberdakan manusia dari makhluk lain menurut kacamata islam dan konsepo islam. Definisi yang agak lumrah dan merangkum walaupun dengan susunan kata yang ringkas ialah definisi yang dibuat oleh Ahli falsafah. Mereka mengatakan insan ialah makhluk yang berkata-kata. Definisi ini tersusun dari ”Hewan,” dan ”Berbicara”. Ia boleh meliputi semua ciri dalam definisi-definisi lain.
Ciri-ciri insan yang asasi berdasarkan tanggapan Islam, maka kita akan dapati insan itu mempunyai ciri-ciri penting berikut:
v  CIRI PERTAMA
Daya untuk bertutur. Daya ini menyatakan kemampuan insan untuk berinteraksi dengan simbol, kata-kata atau bahasa yang punya arti. Dalam memperkatakan ciri bertutur ini ada baiknya kita menurunkan disini petikan tulisan seorang penulis Islam zaman sekarang tentang insan sebagai makhluk yang bertutur. ”Berkata adalah ciri insan yang paling menonjol. Dasar dan alat berkata ialah bahasa. Tanpa bahasa tentu tidak ada pengungkapan, tiada logika.
Tanpa bahasa insan pasti tidak mampu mengerti hakikat yang menyangkut tentang diri secara mendalam. Umpamanya tentan ghakikat atau kadar kebebasan, sosial nilai, dan soal milik.
Suatu ciri yang berkaitan paling erat dengan kemampuan berbahasa ialah kemampuan menjelaskan, atau menerangkan akan maksud yang tersemat dalam hati atau pikiran. Seperti yang ditegaskan oleh al-Qur’an:
çmyJ¯=tã tb$ut6ø9$# ÇÍÈ  
Artinya : ”Mengajarnya pandai berbicara.” (QS. Ar-Rahman: 4)
v  CIRI KEDUA
Kecenderungan insan beragama, sebagaimana yang lumrah diketahui bahwa disamping manusia mempunyai kemampuan bertutur dengan lambang lafal dan berfikir, maka insan juga mempunyai kecenderungan beragama.
Perasaan keagamaan ini adalah naluri yang dibawa bersama ketika manusia lahir. Dalam waktu yang sama hal ini juga membayangkan kebutuhan insan yang pokok untuk mencapai ketenteraman dan kebahagiaan.
Naluri beragama ini mulai tumbuh dan berkembang bilamana manusia berhadapan dengan persoalan yang terbit dari memikirkan tentang jagat raya ini. Persoalan yang menggugah akal supaya berfikir.
Perasaan dan naluri beragama terus mengimbau dan menyerapi insan selama ia berakal, dapat menikmati keindahan dan tahu membedakan keburukan. Perasaan dan naluri ini kita menonjok mengikut jangkauan pikiran yang meningkat naik. Tidak dapat tidak akal manusia akhirnya akan mengakui bahwa disebalik alam shayadah terdapat tahap kehidupan lain atau alam gaib.
Akal akan menyadari kekerdilannya mengakui akan kudratnya yang terbatas. Tidaklah kamu diberikan ilmu kecuali sedikit. Akal akan insaf bahwa kesempurnaan ilmu dan tanggapan yang sempurna hanyalah bagi pencipta alam jagat ini. Akal akan mencari inspirasi dan taufik dalam kajian umatnya dengan mendasarkan kajian tersebut kepada realitas, tawadhu’, berani, percaya pada diri dan iman.
Memang insan telah berhasil menempa kemajuan yang hebat dalam peradaban barunya. Benar ia memiliki kemudahan yang berbagai rupa dengan ilmu pengetahuan dan teknologinya, tetapi ia tidak berdaya mengubah sistem jagat raya ini. Ia tidak mampu melepaskan dirinya dari tunduk mengharap hasil tanaman dari bumi atau menengadah mengharap curahan air rahmat dari langit.
Dari keterangan diatas nyatakan bahwa insan zaman peradaban modern masih tetap menjadi hamba pencipta-Nya yang agung. Setiap perspektif baru dalam ilmu yang diperoleh seyogyanya menambahkan kesadarannya yaitu bahwa tali perhambatannya dengan allah erat terikat pada lehernya.
Islam merealisasikan perhambaan seorang hamba kepada Tuhannya saja. Memberantas perhambaan sesama hamba Tuhan. Insan dibawa menyembah kehadirat allah penciptanya dengan tulus ikhlas tersisih dari syirik atau sebarang penyekutuan.
Penyembahan kepada allah adalah rentetan dari naluri beragama. Dalam waktu yang sama itu juga menjadi tujuan hidup dan fungsi asas insan dan seluruhnya makhluk lain yang wujud di dunia ini.
Ibadah itu sendiri menurut Islam bukanlah terbatas kepada beberapa upacara ibadat yang lumrah seperti sembahyang, puasa, zakat dan haji, bahkan merangkumi setiap pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan oleh insan dengan niat ibadah dan mentaati allah SWT.
v  CIRI KETIGA
Kecenderungan Moral
Pada hakikatnya manusia disamping mempunyai kecenderungan beragama juga mempunyai kecenderungan berakhlak. Ia mampu untuk membedakan yang baik dan yang buruk. Pikirannya dapat menjangkau cara dan jalan mencapai tujuan-tujuan tersebut. Ia boleh menguasai dorongan dalam dirinya, baik dengan meningkatkan karakternya atau mengarahkan dorongan tersebut ke bidang-bidang lain.
Kalau dipandang dari hakikat semula maka insan tidaklah mutlak bersifat dengan keburukan atau kebaikan. Tetapi ia mempunyai corakkan oleh pendidikan dan persekitaran yang dilaluinya. Sebab baik dan buruk merupakan dua perkara yang boleh dicapai melalui pendidikan.
v  CIRI KEEMPAT
Kecenderungan bermasyarakat. Disamping kecenderungan-kecenderungan terdahulu, insan juga memiliki kecenderungan bersosial atau bermasyarakat. Inilah agaknya yang mendorong para ahli sosiologi menyifatkan manusia sebagai makhluk sosial atau makhluk yang berperadaban. Sebab itu, insan tidak dapat hidup bersendirian. Insan selalu berusaha menerjunkan dirinya dalam kehidupan masyarakat. Ia senantiasa membina jalinan hubungan baru dengan setiap pribadi kelompok.
Berkait dengan kecenderungan ini ialah kecenderungan insan untuk membangun, membina mengubah situasi yang ada, situasi sosial dan budaya disekitarnya. Ruang lingkup kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain yang kita namakan sebagai media alam sekitar, dari sudut lahiriyahnya adalah dianggap sebagai sumber kekayaan. Atau dengan lain perkataan bahan-bahan mentah yang dapat diusahakan, dan diubah oleh manusia hingga menjadi bahan produksi dan kekayaan. Kekayaan, sebenarnya ialah hasil suatu interaksi yang rasional antara insan dan alam sekitar.
Insan disamping membina peradaban dari aspek materinya juga dapat menghasilkan kebudayaan dengan kandungan pengetahuan, keyakinan, nilai, pola pemikiran, sistem-sistem dan teknik-teknik kebudayaan.
Kebudayaan merupakan segi terpenting dari perserikatan hasil ciptaan insan terbit dari kecenderungan agama, akhlak, sosial dan hasrat mau membangun dan meniru.
Kebudayaan dalam pengertiannya yang luas merangkum segenap yang dihasilkan oleh tangan, watak dan akal pemikiran insan. Tapi meskipun manusia dalam masyarakat itu yang menghasilkan nya namun ia tidak hilang dengan kematian manusia yang menciptakannya.
Apabila insan muslim bertindak memakmurkan alam dan membina budayanya, maka itu bukanlah hanya didorong semata-mata oleh kecenderungan sosialnya yang ingin membangun, tetapi juga untuk melaksanakan perintah penciptaannya yang maha agung. Perintah tersebut banyak tertera didalam ayat-ayat suci al-Qur’an, seperti firman Allah SWT:
Æ÷tGö/$#ur !$yJÏù š9t?#uä ª!$# u#¤$!$# notÅzFy$# ( Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u÷R9$# ( `Å¡ômr&ur !$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šøs9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# Îû ÇÚöF{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûïÏÅ¡øÿßJø9$# ÇÐÐÈ  
Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashash: 77)

 

©2009 CERAMAH | by TNB